Obat Luka ala Moyang Kita



Siaga Luka
“Ah… !!!”
Tiba-tiba Tia berteriak keras. Tak sengaja, kakinya yang tak memakai alas tersebut menginjak paku di halaman belakang.
Pernahkah kamu mengalami kejadian serupa? Terinjak paku, pecahan kaca, atau tergores benda tajam lainnya yang membuat anggota badanmu, berdarah-darah dan menderita luka. Jika kamu pernah mengalaminya, itu tandanya kamu masih manusia. Coba kalau saat kamu tergores, yang keluar malah oli atau bensin misalnya, wah … orang yang melihat bakal curiga. Jangan-jangan kamu ini robot atau bahkan alien kali. Hehehe becanda kok. Yuk balik ke obat kita. ^_^

Di obat kita yang pertama ini, kita akan berbagi pengalaman ke kamu tentang beberapa jenis obat luka yang Insya Allah manjur. Obat-obatan ini sudah teruji dari ujung desa sampai pelosok daerah nusantara. Bahkan sebagiannya sudah melegenda sejak zamannya nenek moyang kita masih dijajah belanda. Hoaalaahh… agak ngawur ya? Hmmm… enggak juga kok. Ini beneran. Ciyus!
Di zaman dulu, nenek moyang kita gak kenal yang namanya obat merah, alcohol, revanol, kain kasa atau berbagai paket P3K lainnya. Yah, mungkin koloni (sebutan buat kaum penjajah, red) aja yang katanya lebih duluan modern juga belum kenal. Namun, apakah zaman dulu moyang kita tidak pernah terluka? Pernah! Pasti pernah! Bahkan semboyannya Cita Citata saja, konon kabarnya udah ada sejak zaman moyang kita dulu. Kata mereka, “sakitnya tuh disini”, sambil nunjukin sarang peluru di anggota tubuhnya. Hahaha
Trus gimana dong cara moyang kita merawat luka-luka mereka?
Penasaran? Yuk kita simak beberapa cara unik namun ampuh, hasil pengalaman ribuan tahun moyang kita sang pelaut. ^_^
1.         Air Liur
Luka kok di ludahi? Air liur atau ludah itu kan mengandung bakteri.
Yap, mungkin sebagian kita berpikir seperti itu. Namun, yah gimana lagi. Segala yang Allah ciptakan itu sangat bermanfaat. Dan yang bisa memanfaatkannya tentu saja orang yang sudah diberi Allah pengetahuan dan keyakinan. Kalo bahasa orang zaman sekarangnya yaaa…. Bisa dibilang sugesti gitu lah. Hehehe
Dulu, waktu kami kecil, kalo kami mengalami luka yang tidak terlalu lebar, kami cukup meludahinya. Apa yang terjadi? Benar! Darah yang mengalir jadi lebih cepat membeku. Kok bisa? Kami juga gak tahu kenapa bisa. Yang kami tahu, hal ini sudah dilakukan turun temurun. Dan yang paling penting, this is always work teman! Selalu berhasil. ^_^
2.        Air Garam
Di sebagian tempat, terutama yang dekat pantai, ada orang-orang yang sudah dari sononya percaya bahwa air laut atau air garam sangat manjur mengobati luka. Maka mereka yang dekat laut, kalo luka dengan penuh semangat langsung nyebur.
Aduuhhh… apa gak sakit? Gak kok. Gak lama sakitnya. Palingan perihnya pas baru basah aja, habis itu darahnya berhenti mengalir. Apalagi kalau mandi di lautnya sampai pucat gitu. Hahaha
Always work too? Hmmm…. Biasanya sih iya. Sangat manjur juga. Walaupun orang dulu belum ngerti dengan yang namanya penelitian. Belum ngerti dengan yang namanya bakteri. Namun mereka tetap belajar dari alam. Karena alam adalah sebaik-baik guru di alam. hehehe
3.        Pakai Bawang Merah dan Gula
Kalo yang satu ini buat masak ya, hahaha. Becanda kok.
Yang satu ini pengalaman pribadi saya. Ceritanya, waktu masih Se De. Saya masih suka main kejar-kejaran. Eh, tiada ku sangka, tiada ku duga, teman-teman pada heboh bilang ada yang kakinya sudah berdarah-darah. Saya bingung, memandang sekeliling. Tak terlihat seorang pun teman yang kakinya berdarah. Penasaranlah saya, dengan sedikit menekukkan pandangan, terjawablah segala tanya di dada. Ternyata waktu asyik berlari mengejar teman tadi, kaki ini tersenggol sesuatu. Saya gak tahu tadi nyenggol apa. Mungkin saking fokusnya mengejar teman, sampai-sampai tak terasa robeklah dekat mata kaki saya bagian dalam sekitar beberapa senti. Waktu itu luka sedemikian rupa terasa cukup lebar untuk anak setingkat Se De.
Anehnya, tak terasa sakit sedikitpun, walaupun darah mengucur dengam pekatnya. Sampai buk guru memberi beras merah, eh salah, obat merah. Barulah saya gigit bibir menahan perihnya. Halaaahhh…. Malah nyesal di obati. Padahal sebelumnya gak sakit. :P
Namun, edisi revisi datang dari tetua kampung. Ketika saya pulang dan sampai di rumah, para tetangga heboh. Mereka mulai unjuk suara, menampakkan kepandaian satu persatu. Maka jatuhlah pilihan tuan rumah alias my mom untuk try and error dengan bawang yang di tumbuk dengan gula. Di balutkan beberapa hari ke area luka yang saya derita. Walhasil, Masya Allah! Ketika perban dari kain ala kadarnya tersebut di buka, luka saya pun sudah tiada.
Yang saya heran dengan kondisi sekarang, kok orang pada heboh tetanus ya? Padahal dulu rasanya gak ada??? ckckck
4.       Jeruk Nipis
Yang ini cerita saya dan teman waktu masih gila-gilanya. Yah, waktu itu kami tinggal di asrama. Ngejagain anak orang yang di titip di asrama yang sama. Awalnya saya sudah bilang sama anak-anak orang tu untuk berhenti main bola dekat gudang “pak tukang”. Eh mereka ngeyel. Tiga kali saya ingatkan, tiga kali pula mereka kembali main di sana. Sampai saya bilang, “KALO ADA DIANTARA KALIAN YANG NGINJAK PAKU, JANGAN NGADU SAMA SAYA!!!” habis itu, saya langsung masuk kamar.
Belum lima belas menit di kamar, anak-anak pada heboh. Salah seorang di antara mereka benar-benar nginjak paku. Salahnya lagi, mereka malah ngadu ke saya. Yah, gak mau lah saya obati begitu saja. Rencananya mau saya kerjai dulu, namun teman saya punya ide yang oke punya.
Dipanggillah sang anak. Disuruh duduk dengan menjulurkan kakinya yang terkena paku tidak terlalu dalam tersebut. Sang teman pun mulai beraksi. Bergaya mondar mandir sana sini. Bak dukun kurang syarat. Hingga dia menemukan lilin yang dicari.
Dibakarlah lilin tersebut. Diletakkan di dekat kaki si anak. Dikeluarkannya sebuah benda hijau bulat dari kantongnya. Yap, benda tersebut adalah jeruk nipis. Benda yang tak bersalah apa-apa tapi tetap jadi korban penganiayaan. Dibakar, dibelah dan di tempelkan ke lubang bekas tusukan paku tadi.
“AAAAAA……” sang anak berteriak. Meraung-raung meminta ampun. Hal itu kami lakukan berulang-ulang sambil ditontoni anak-anak lainnya. Hingga bekas lukanya benar-benar bersih.
Yap. Sebuah “hukuman yang setimpal” telah ia dapatkan. Setelah ia bisa berjalan dengan normal, kami iseng menyuruhnya main bola di tempat yang sama untuk kesekian kalinya. And kamu pasti sudah tahu jawabannya. Hehe ^_^
5.       Sambel
Ini nih mirip cerita di atas. Cuman yang ini agak sedikit sadis. Coz yang ini benar-benar menggunakan bumbu masak yang komplit. Ada cabe, jahe, kunyit, dan beberapa bahan pembuat sambal lainnya. Dimasak menggunakan minyak, lalu ketika masih panas-panasnya, segera siramkan ke area lukamu. Saya jamin kamu bakal menyesal. Hahaha. Karena kamu harusnya mengoleskan sambel ini ketika ia sudah mulai dingin. Kalau bahasa orang zaman sekarangnya, saat hangat-hangat tahi ayam, eh salah??? Ketika hangat-hangat kuku. ^_^
Apa gak tambah sakit? Kalo kata dokter sih gak tahu yah. Yang jelas, obat ini juga sudah lama diturunkan dari generasi ke generasi. Bahkan sejak iklan obat merah belum muncul di stasiun tipi. Untuk orang-orang kampung sekitar Bukittinggi, masih menggunakan cara ini mengobati luka mereka. Hingga sekarang ^_^
6.       Jaring Laba-laba


Obat yang satu ini, juga sudah melegenda di kalangan menengah ke bawah zaman pra penjajahan. Dan ternyata, keajaiban sarang laba-laba ini baru diketahui oleh orang-orang barat yang katanya modern dan canggih di akhir-akhir abad ini. Yahhh… sejak zamannya revolusi industry lah. So… sebenarnya siapa sih yang lebih canggih? Moyang kita yang seorang pelaut? Atau moyang mereka yang disebut homo sapien atau kera? hahaha
7.       Daun sikaduduak
Yang satu ini saya gak tahu apa bahasa indonesianya. Di padang namanya daun sikaduduak. Sejenis rerumputan dengan daun runcing memanjang seperti daun bamboo namun tidak sepanjang itu. Batangnya berwarna hijau dan di beberapa bagian memerah. Daun dan batangnya sedikit bermiang / berbulu. Miang / bulu tersebut tidak membuat gatal. Rumput ini cukup di ambil daunnya, dikunyah sampai lumat dan tempelkan ke daerah luka. Taraaaaa…. Dalam waktu singkat darah pada lukamu berhenti. Dan bahkan sebagian area yang tersobek juga sudah mulai menyatu. 


8.       Daun Singkong
Siapa yang tidak kenal dengan daun singkong. Daun yang satu ini cara pemakaiannya pun sama dengan daun sikaduduak di atas. Yaitu dengan cara dilumatkan di mulut dan di tempelkan pada daerah yang luka.



9.       Getah Keladi
Yang ini dipatah bagian batangnya, lalu diperas mengarah ke ujung sehingga getahnya keluar. Teteskan pada lukamu. Insya Allah efektif untuk luka kecil.



10.     Minyak Rem
Yang satu ini lumayan ekstrim. Karena walaupun sudah teruji, namun jarang orang berani melakukannya. Satu-satunya alasan adalah karena perihnya itu, gak tahaaaannn….!
Tapi khasiatnya jangan ditanya. Dalam waktu singkat, luka-lukamu bakal kering kerontang alias hampir sembuh. Kabarnya yang satu ini sangat efektif buat luka lecet. Berani nyoba?
Sebenarnya masih banyak obat warisan leluhur kita se-isuk kala. Namun apalah daya, untuk saat ini baru itu saja. Kalau ada sumur di lading, boleh kita menumpang mandi. Kalo gak ada, kita bisa kok mandi di rumah. Hehehe
Salam sehat!

Moga setiap manfaat bisa jadi sumber inspirasi bahan cerita buat anak cucu kelak.

disalin dari blog penulis yang satunya lagi
http://jfweekly.blogspot.co.id/2014/12/obat-luka-ala-moyang-kita.html

0 Comments