Ana pernah baca sebuah tulisan yang isinya banyak menukil keterangan Ibnul Arabi dan merujuk kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits dengan pemahaman Salaf. Tapi di tulisan yang lain Ibnul Arabi dikatakan sesat oleh para Ulama karena memiliki pemahaman yang berbahaya yang benarnya bagaimana Ustadz?
Jawab: Sesungguhnya ada dua orang yang berbeda dan saling bertolak belakang antara satu dengan yang lainnya. Orang yang pertama adalah Al-Imam Al-‘Allamah Al-Hafidzh Al-Qadhi Abu Bakr Muhammad bin Abdillah bin Muhammad bin Abdillah Ibnul ‘Arabi Al-Andalusi Al-Isybili Al-Maliki. Lebih masyhur dengan sebutan Abu Bakr Ibnul ‘Arabi.
Beliau Ibnul 'Arabi adalah seorang Ulama Ahlussunnah yang wafat di daerah bernama Fas tahun 543 Hijriyah. (Siyar A’lamin Nubala’ 20/203)
Al-'Allamah Shiddiq Hasan Khan berkata, “Ibnul ‘Arabi adalah Imam dalam bidang ushul dan furu’, beliau menyimak dan belajar fiqh dan ushul, menduduki kursi nasehat dan tafsir, menyusun karya tulis dalam berbagai disiplin ilmu, konsisten dalam beramar ma’ruf nahi munkar, sehingga acapkali mendapat teror. Sebab itulah kitab-kitab beliau dan hartanya banyak yang hilang. Namun beliau menghadapi semuanya dengan kesabaran.” (At-Tajul Mukallal hal. 280)
Di antara karya tulis Al-Imam Abu Bakr Ibnul 'Arabi adalah “'Aridhatul Ahwadzi fi Syarh Jami’ Abi ‘Isa At-Tirmidzi”, “Kawkabul Hadits wal Musalsalat”, “Al-Mahshul fil Ushul”, “Al-Ashnaf”, “Tartibur Rihlah lit Targhib fil Millah”, “Al-Fiqhul Ashghar." (Siyar A’lamin Nubala’ 20/199) Selain itu, “Ahkamul Qur’an”, “Qanunut Ta’wil”, “An-Nasikh wal Mansukh”, “Al-‘Awashim minal Qawashim”, dan masih banyak lagi. Semoga Allah merahmati beliau.
Adapun orang yang kedua adalah Muhyiddin Abu Bakr Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad bin Ahmad At-Tha’i Al-Hatimi Al-Mursi Ibnu ‘Arabi seorang tokoh Shufi ekstrim. Lebih dikenal dengan sebutan Muhyiddin Ibnu ‘Arabi. Ia dimakamkan di Damaskus dan wafat pada tahun 638 Hijriyah (Siyar A’lamin Nubala’ 33/48)
Ibnu ‘Arabi divonis sesat oleh para Ulama karena mengusung pemahaman “Wihdatul Wujud”. Yakni menetapkan semua yang ada ini (berwujud) adalah satu pada hakikatnya. Artinya semua yang kita lihat merupakan Dzat Allah ta'ala. Pemahaman ini sesungguhnya tidak berbeda dengan Animisme yang meyakini unsur-unsur alam sebagai Tuhan. Hanya saja pemahaman “Wihdatul Wujud” ini dipoles dengan atribut-atribut syari'at seperti zuhud, wara’ dan semisalnya sehingga diklaim bagian dari Islam.
Berangkat dari pemahaman yang sesat inilah Ibnu ‘Arabi menganggap Fir’aun mati dalam keadaan beriman dan ia habis-habisan memujinya. Ibnu 'Arabi juga mencaci Harun karena pengingkaran terhadap kaumnya yang menyembah anak sapi. Dia juga mengatakan bahwa orang-orang Nashrani adalah orang-orang kafir karena mereka mengkhususkan ‘Isa ‘alaihissalam sebagai Tuhan. Seandainya mereka menjadikan Tuhan itu umum pada segala sesuatu, maka mereka tidak akan menjadi kafir. (Haqiqatus Shufiyah fi Dhau’il Kitab was Sunnah oleh Syaikh DR. Muhammad bin Rabi' bin Hadi Al-Madkhali hafidzhahullah)
Keyakinan Ibnu ‘Arabi yang nyeleneh itu tertulis dalam kitabnya yang kontroversial berjudul, "Fushusul Hikam". Dia mengatakan:
إن الذين عبدوا العجل ما عبدوا غير الله
“Orang-orang yang menyembah anak sapi, sesungguhnya mereka tidaklah menyembah kepada selain Allah.” (Fushushul Hikam hal. 192)
Jadi orang-orang yang dipuji oleh Allah dan Rasul-Nya, dia rendahkan dan cela dengan penuh pengingkaran. Sementara orang-orang yang dimurkai Allah dan Rasul-Nya justru dia puji berlebihan dan diklaim beriman.
Kendati demikian, Al-Imam Adz-Dzahabi mencatat, bahwa sebelum kematiannya Ibnu ‘Arabi sempat ruju’ dari berbagai tulisannya yang sarat kekufuran. (Tarikhul Islam 46/380 dan Siyar A’lamin Nubala' 23/49)
Namun para Ulama tidak berdiam diri dan melupakan pemikiran Ibnu ‘Arabi yang sesat dan kufur tersebut, dan bahkan telah menyebarluas di tengah-tengah kaum Muslimin sampai sekarang seperti yang dilancarkan oleh jaringan Islam liberal.
Di antara para Ulama yang kokoh dalam membantah pemikiran sesat Ibnu 'Arabi ialah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam “Majmu’ Fatawa” beliau dan Al-‘Allamah Burhanuddin Al-Biqa’i (wafat tahun 885 H) dalam “Tanbihul Ghabi ilaa Tafkir Ibni ‘Arabi”, dan kitab “Tahdzirul ‘Ibad min Ahli ‘Inad Bibid’atil Ittihad.”
Maka kedua tokoh di atas harus dibedakan supaya tidak salah kaprah dalam mengambil rujukan. Tokoh yang sesat dikenal dengan Ibnu 'Arabi, sedangkan yang ma'ruf sebagai Ulama ialah Ibnul 'Arabi. Wa billahit tawfiq.
Fikri Abul Hasan
Pelajaran penting.
Di salin dari blog sebelah. Links asal
Di salin dari blog sebelah. Links asal
http://manhajul-haq.blogspot.co.id/2015/12/antara-ulama-sunnah-ibnul-arabi-dengan.html?m=1
0 Comments