MANHAJ DALAM MERINGKAS KITAB IGHASATUL LAHFAN INI
Adapun manhaj yang saya tempuh dalam meringkas kitab Ighatsatul Lahfan min Mashasyidisy Syaithan adalah sebagai berikut:
1. Saya membuang berbagai persoalan fiqh yang banyak dibahas dalam kitab ini, sebab tampaknya ia lebih cocok ditulis dalam kitab-kitab
furu'.
2. Saya membuang beberapa ungkapan atau persoalan yang diulang- ulang.
3. Saya membuang hadits-hadits dha'if 0emah) dan maudhu' (palsu), kecuali hadits yang mesti dijelaskan perihalnya, atau untuk menghu- bungkannya dengan permasalahan tertentu atau sejenisnya.
4. Saya men-takhrij hadits-hadits shahih dengan takhrij secara ilmiah dan ringkas.
5. Saya cocokkan nash-nash Al-Qur'an, dan saya tertibkan alineanya, juga saya beri sub-sub judul (sehingga lebih memudahkan pembaca).
KATA PENGANTAR SYAIKH MUHAMMAD HAM ID AL-FAQI
"Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Penguasa di Hari Pembalasan. Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus. (Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat." Amin. (Al-Fatihah: 1-7).
Amma ba'du.
Inilah kitab Ighatsatul Lahfan min Masyayidisy Syaithan (Melumpuh-kan Senjata Syetan). Saya persembahkan untuk saudara-saudaraku kaum Muslimin, yang mereka itu sangat membutuhkan padanya disebabkan oleh begitu banyaknya gelombang fitnah yang merobohkan -atau hampir merobohkan- tiang-tiang penyangga perbaikan, kebajikan serta kesen-tosaan hidup, sehingga seluruh kehidupan atau sebagian besarnya menja-di sulit. Hal mana terjadi karena segenap hati telah kehilangan hubungan-nya yang kuat dengan Tuhannya, Penciptanya Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Di lain pihak, telah terjadi hubungan yang demikian kokoh antara segenap hati dengan musuh bebuyutannya, yakni syetan terkutuk. Syetan itu tak henti-hentinya melancarkan makar dan tipu daya, menyerang segenap hati dengan senjata dan kelompoknya, sehingga berhasil dan menelan segenap hati di belalainya, lalu ia menghembuskan di dalamnya tipu daya dan racunnya, keburukan dan kejahatannya sesuai dengan selera permusuhan, kedengkian dan kebenciannya kepada anak Adam. Sebagian mereka mengira bahwa mereka selamat dari musuhnya dan merasa berada dalam hubungan yang kuat dengan Tuhan mereka. Yang demikian itu tidak terjadi kecuali karena mereka mencampuraduk-kan antara kebenaran dan kebatilan, ilmu dan kebodohan, cahaya dan kegelapan, kekasih dan musuh. Semua terjadi karena demikian jauh keterlibatan syetan dalam kehidupan mereka dengan segala permusuhannya, sehingga mematikan cahaya hidayah Al-Qur'an dari hati mereka, menghalanginya dari makanan yang bermanfaat serta obat penyembuh yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, yang dipilihkan oleh Yang Maha Pengasih di antara yang pengasih. Itulah obat dan makanan had yang sesungguhnya, bukan yang lain. Dan pada sebagian mereka begitu sangat mudahnya syetan mengisi segenap hati mereka dengan berbagai racun dan penyakitnya. Syetan menuangkan pada segenap hati itu berbagai perkataan palsu, kalimat-kalimat tipuan serta menamakan sesuatu tidak dengan namanya, nama-nama yang tidak pernah diturunkan oleh Allah.
Hawa nafsu, fitnah dan berbagai kebodohan telah begitu menguasai, sehingga menghiasi kebatilan menjadi begitu indahnya, membuat citra kebenaran menjadi begitu buruknya. Bahkan cengkeraman kekuasaan mereka itu telah sampai pada tingkat penamaan syirik dengan tauhid, kufur dengan iman, peniadaan sifat-sifat Allah dan nama-nama-Nya Yang Mahaindah dari hakikat sesungguhnya yang diturunkan Allah dengan pe-Mahasucian. Dan benang hawa nafsu serta fitnah itu terus membentang sehingga syetan mampu menjaring semua had manusia, kecuali orang-orang yang dikehendaki Allah, dan mereka itu sangat jarang dan sedikit sekali. Yakni orang-orang yang syetan tak berdaya menguasai mereka, dari golongan hamba-hamba-Nya yang ikhlas. Dan semuanya adalah milik Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dari-Nya. Wahai yang meng-harapkan kebahagiaan buat dirinya, baik di dunia maupun di akhirat, yang mencintai keselamatan dari keganasan Hari Pembedaan, yang berkeingin-an kuat untuk bersama sebaik-baik teman, di bawah bendera tuan bagi setiap yang mendapat petunjuk, pemimpin bagi orang-orang yang bertak-wa, penutup segenap rasul, Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ketahuilah, sekali lagi ketahuilah bahwasanya tidak ada jalan lain bagimu untuk hal itu kecuali engkau harus kembali sebagaimana keadaan generasi pertama, baik dalam ilmu, amal, kepercayaan, akhlak dan kepribadian. Karena itu bersegeralah, dan bersegeralah menuju mata air yang berada di hadapan-mu, yaitu: Al-Kitabul Karint dan As-Sunnah An-Nabawiyah yang murni. Dan kitab ini, Ighatsatul Lahfan adalah sebaik-baik penolongmu, yang paling dekat menyampaikan kepada maksudmu, yang membinarkan caha-ya hidayah untukmu, yang menguakkan untukmu tempat masuknya sye-tan, lalu meletakkan di tanganmu tali-tali yang dengannya ia menjaring kelompoknya yang merugi, juga pisau tajam yang dengannya engkau memutuskan tali-tali itu dari hatimu, sehingga engkau membebaskan dirimu dari belenggunya, lalu engkau kembali bebas merdeka berada di tengah-tengah Sunnahnya Muhammad, dengan hati yang selamat sentosa, keyakinan yang kuat dan keimanan terhadap Pencipta dan Pemberi Nikmat atasmu. Engkau pun akan menjadi demikian sangat cinta kepadaorang yang keselamatanmu berada di tangannya, yaitu Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Juga kepada mereka yang Allah terangi bashirah-nya dengan cahaya kebenaran dan Allah tunjuki dengan petunjuk keadilan dan kesadaran, dan yang Allah utamakan dengan keutamaan kecintaan kepada Islam dan yang tenggelam di dalamnya dengan cinta yang sesungguhnya. Mereka mengetahui nikmat Allah atas mereka pada setiap yang menegakkan hak Allah dan Rasul-Nya secara benar. Berjihad di jalan Allah, mempertahankan agama dari musuh-musuh Allah, meletak-kan ilmu, bashirah dan keikhlasannya yang benar sesuai ukurannya. Dan sebenar-benar orang yang melakukan hal tersebut pada abad ketujuh dan kedelapan adalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan muridnya Ibnul Qayyim. Merekalah dua imam yang mengangkat bendera iman pada masa keduanya, juga pada masa sesudah mereka. Keduanya berjuang di jalan Allah dengan sebenar-benar jihad, disertai kesabaran dan mengharap ridha Allah. Mereka tidak mempedulikan ejekan orang-orang yang meng-olok-oloknya, kekuatan mereka tidak melemah karena kekejaman orang-orang yang sombong yang mempertahankan bid'ah dan khurafat syaithaniyah. Pena keduanya tidak menjadi berhenti menulis, tidak pula membuat mereka diam tak berbicara disebabkan oleh kekuatan yang di-kumpulkan oleh kelompok syetan dan berbagai fitnah serta gangguan yang ditimpakan kepada mereka, sebagai bentuk peneladanan keduanya terhadap tuan dari Ulul Azmi, sebaik-baik mujahid dan penghulu dari orang-orang yang sabar, Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Tidak membahayakan keduanya, dan tidak akan pernah membahayakan kedua-nya ketidak mengertian sebagian besar orang-orang awam dan yang seje-nisnya terhadap keutamaan dan jihad keduanya. Tidak pula membahaya-kan keduanya dan tidak akan pernah membahayakan keduanya permu-suhan yang dilancarkan oleh kelompok syetan kepada keduanya dan kepada orang-orang yang meniti jalan mereka, berjihad dengan jihad mereka dan bersabar dengan kesabaran mereka. Juga tidak akan mem-bahayakan penghulu dari segenap nabi, Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam dan saudara-saudaranya sebelumnya, serta para pengikutnya sesudahnya berbagai permusuhan yang dilancarkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani, serta setiap orang kafir dari musuh-musuh Allah. Dan tidaklah membahayakan matahari dan bulan kebutaan orang-orang yang tak bisa melihat dan tak bisa memanfaatkan cahayanya.
"Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) para rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami kepada mereka. Tak seorang pun yang dapat mengubah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebagian dari berita rasul-rasul itu." (Al-An'am: 34).
Dan masih akan tetap ada di dalam umat Muhammad sekelompok orang yang menegakkan kebenaran, tak membahayakan mereka orang-orang yang menyelisihi mereka, tidak pula orang yang menghinakan mereka, sampai datang keputusan Allah dan mereka tetap dalam keadaan demikian. Kelompok inilah yang mencari cahaya dari lampu keduanya (Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim), menghormati kedudukan keduanya, memahami keutamaan dan nikmat Allah atas keduanya, lalu mereka bersyukur dengan menghidupkan peninggalan-peninggalan keduanya, serta berbagai peninggalan orang-orang terdahulu dari para As-Salafush Shalih dan para pemimpin agama yang benar. Dan alhamdulillah, jumlah mereka dalam umat ini cukup banyak.
Kitab Ighatsatul Lahfan ini adalah karya terbaik Ibnu Qayyim, buah penanya yang istimewa dan hasil dari sumber hatinya yang jernih, suci dan cerdas. Semua orang mengetahui keutamaan kitab ini, para ulama pun telah mencicipi manisnya, sehingga mereka begitu antusias padanya dengan membaca, menyebarkan dan mencetaknya. Kitab ini dicetak pertama kali oleh para sayyid di Halaba. Dan karenanya, merekalah orang-orang yang pertama kali memperoleh kebajikan dan amal shalih, semoga Allah memberkahi mereka. Hanya saja, cetakan yang ada itu kualitasnya sesuai dengan masa dicetaknya kitab tersebut, cetakannya sangat seder-hana, meskipun telah menggunakan kertas, huruf dan editing. Tetapi itu tak mengurangi minat orang untuk menelaahnya sehingga kitab cetakan sangat sederhana itu cepat habis. Para penuntut ilmu masih terus mencari kitab ini, tetapi sangat sulit mendapatkannya. Jiwa mereka haus dan penasaran, tetapi tak juga menemukannya. Saya sendiri termasuk orang yang sangat berminat dengan karya-karya dua imam ini, juga saudara-saudaranya dari ulama salaf dan khalaf. Saya sangat ingin mencetak dan menyebarluaskannya. Karena itu saya mengajukan kepada putera-putera keturunan Almarhum Sayyid Mushthafa Al-Halaby untuk mencetak ulang kitab Ighatsatul Lahfan dengan cetakan yang baru dan lebih bagus, baik dari jenis kertas, seni perwajahan, terutama jenis cetakannya. Mereka ternyata menyambut antusias. Maka saya pun segera mempersiapkan segala sesuatunya. Saya lalu mencari naskah manuskripnya (tulisan ta-ngan) di beberapa toko buku di Mesir, tetapi saya tidak berhasil mendapat-kannya. Kemudian dalam salah satu perjalanan ke beberapa wilayah Hejaz, saya menemui Al-Allamah Asy-Syaikh Abdullah bin Sulaiman bin Bulaihid, salah seorang qadhi negara Saudi Arabia. Kepada beliau saya sampaikan maksud saya. la begitu sangat gembira dan mendukung bagi dicetaknya kitab Ighatsatul Lahfan. Bahkan beliau mengatakan bahwa ia memiliki satu naskah manuskrip yang telah diteliti di hadapan para ulama. Beliau pun dengan segera -semoga Allah membalasnya dengan kebaikan- mengambil kitab tersebut dan memberikannya kepada kami. Dan ternyata benar, kitab itu sesuai benar dengan apa yang beliau katakan, ia benar-benar telah dikoreksi dan diteliti secara cermat dan mendetail. Dengan membacanya lalu membandingkannya dengan naskah hasil cetakan, saya memang mendapatkan perbedaan yang sangat jauh. Naskah cetakan itu bahkan banyak kekurangannya, di beberapa tempat ada yang kurang hing-ga dua halaman. Pembaca yang mulia akan melihat hal itu dan mengeta-huinya jika meneliti dan membandingkan antara keduanya. Dengan sege-nap kemampuan yang ada saya berusaha mengoreksi hal-hal yang prinsip, mengoreksi ayat-ayatnya dengan memberikan nomor surat dan ayat, juga meletakkan harakat secara sempurna. Demikian pula saya meneliti hadits-haditsnya, mengoreksi lafadz-lafadznya dan melakukan takhrij hadits se-suai dengan kemampuan dan kerja keras saya.
Saya juga memperhatikan masalah penertiban isi kitab. Kalimat-kali-mat panjang saya usahakan diperpendek dengan alinea yang jelas, juga titik dan komanya, sehingga memudahkan pembaca dan lebih mendekat-kan pada pemahaman makna serta lebih memudahkan pemanfaatannya. Meskipun begitu, saya mengakui masih banyak kekurangan dan kelemah-an untuk bisa menghadirkan kitab ini secara sempurna. Karena itu saya mengharap kepada pembaca untuk berlapang dada, memaafkan kesalah-an-kesalahan yang ada, serta mendoakan saya agar diampuni dan tetap afiat, baik dalam masalah agama, dunia atau pun akhirat Pembaca, berikut ini biografi singkat Ibnu Qayyim Rahimahullah.
Al-Allamah Al-Hafidz Abdurrahman Ibnu Rajab Al-Hanbali dalam penutupan kitabnya, Thabaqat Al-Hanabilah yang terdapat di toko-toko buku Mesir mengatakan, "Beliau adalah Syaikh kami Muhammad bin Abi Bakr bin Ayyub bin Sa'd bin Hariz Az-Zar'i Ad-Dimasyqi Al-Faqih Al-Ushuli Al-Mufassir An-Nahwi Al-Aris Syamsudin Abu Abdillah Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah. Di lahirkan pada tahun 691 H, belajar kepada Asy-Syihab An-Nablusi Al-Abid, juga kepada Al-Qadhi Taqiyuddin Sulaiman, Fathimah binti Jauhar, Isa Al-Muth'im, Abu Bakr bin Abdud-Da'im dan masih banyak lagi. Beliau sangat menguasai dalam madzhabnya sehingga memberikan fatwa tentangnya. Selalu menyertai dan belajar kepada Syaikh Taqiyuddin Ibnu Taimiyah. Banyak menguasai berbagai disiplin ilmu ke-Islaman. Pandai di bidang tafsir dan tak ada yang menandinginya, demikian pula di bidang: Ushuluddin, Hadits, Fiqh, Istinbath (kesimpulan hukum), Ushul Fiqh, BahasaArab, Ilmu Kalam dan sebagainya. Termasuk di dalamnya Ilmu Suluk, ucapan para ahli tasawuf, isyarat dan berbagai detailnya. Dalam berbagai disiplin ilmu tersebut beliau menguasainya secara sangat mendalam dan terinci. Adz-Dzahabi berkata dalam kitabnya Al-Mukhtashar, beliau sangat concern dengan masalah hadits, baik dari segi matan (isi) maupun rijal (pembawanya), sibuk dalam masalah fiqh sehingga sangat baik dalam kesimpulan hukumnya, juga di bidang nahwu, Al-Qur'an dan As-Sunnah. Beliau pernah ditahan sebentar karena menen-tang orang yang berwisata ke kuburan Al-Khalil, Ibrahim. Dan di samping bekerja, beliau juga menyibukkan diri di bidang penyebaran ilmu. Saya berkata bahwa Imam Ibnu Qayyim sangat tekun beribadah, bertahajud dan kuat sekali melakukan shalat. Beliau senantiasa berdzikir, sangat cinta untuk selalu kembali kepada Allah, merendahkan diri dan merunduk di pintu penghambaan di hadapan-Nya. Saya tidak pernah menyaksikan orang yang semisalnya dalam hal yang sama. Saya juga tidak pernah melihat orang yang lebih luas ilmunya dari beliau. Juga tidak orang yang lebih mengerti tentang makna-makna Al-Qur'an dan As-Sunnah serta hakikat keimanan melebihi beliau. Beliau memang bukan maksum (terlepas dari dosa dan salah), tetapi saya belum pernah menyaksikan orang yang semisal beliau dalam makna itu. Beliau telah berkali-kali diuji dan diganggu. Beliau ditahan bersama Syaikh Taqiyuddin Ibnu Taimiyah di Al-Qal'ah. Dan pada masa-masa akhirnya beliau dipisahkan dari Syaikh Taqiyuddin. Beliau baru dikeluarkan dari tahanan setelah Syaikh Taqiyuddin wafat. Selama ditahan, beliau menyibukkan diri dengan membaca Al-Qur'an dengan tadabur dan tafakur. Dan karenanya Allah membuka ba-nyak kebaikan untuknya. Beliau memperoleh insting dan perasaan yang lurus. Dari situ beliau kemudian menguasai ilmu orang-orang ahli ma'rifat dan membicarakannya, juga masuk dalam berbagai kemusykilannya. Karya-karya beliau banyak membicarakan masalah itu. Beliau menunaikan haji berkali-kali, dan tinggal dekat Makkah. Penduduk Makkah selalu membicarakannya karena kuatnya beliau dalam beribadah. Seringnya beliau melakukan thawaf sampai menjadikan orang-orang heran karenanya. Saya mengikuti majlis-majlisnya selama lebih dari setahun sebelum kemudian beliau meninggal. Saya mendengarkan qasidah (syair) nuniyah-nya (yang berakhir dengan nun) sepanjang satu tahun, juga beberapa karya beliau dan hal lainnya.
Banyak orang yang belajar dan mengambil manfaat kepada beliau, sejak syaikhnya masih hidup sampai sang syaikh meninggal. Para ulama besar sangat mengagungkan beliau dan selalu menyampaikan salamnya, seperti Syaikh Ibnul Hadi dan lainnya.
Al-Qadhi Burhanuddin Az-Zar'i mengomentari tentang beliau, "Sangat sedikit orang di kolong langit yang memiliki ilmu seluas beliau", beliau mengajar di Ash-Shadriyah, dan dalam waktu yang cukup lama menjadi imam di Al-Jauziyyah. Beliau menulis buku dengan tulisan tangannya sen-diri dalam jumlah yang sangat banyak, mengarang dalam banyak disiplin ilmu. Beliau sangat cinta kepada ilmu, menulis, menelaah dan mengoleksi buku-buku. Koleksi buku-bukunya sangat banyak, sehingga tak ada yang menandinginya. Adapun di antara karya beliau:
1. Ijtima'ul Juyusy Al-Islamiyah, dicetak di India tahun 1304 H, di Mesir tahun 1350 H.
2. Akhbarun Nisa', cetakan lama.
3. I'lamul Muwaqqi'in an Rabbil 'Alamin, dicetak di India tahun 1313 H,di Mesir tahun 1325 H.
4. Ighatsatul Lahfan fi Hukmi Thalaqil Ghadhban, dicetak di Al-Manar tahun 1322 H.
5. Ighatsatul Lahfan min Masyayidisy Syaithan, dicetak pertama kali tahun 1320 H.
6. Amtsalul Qur'an.
7. Bada 'i'ul Fawa 'id, dicetak di Muniriyah.
8. Buthlanul Kimia min Arba'iina Wajhan.
9. Bayanud Dalil 'ala Itighna'il Musabaqah anit Tahlil.
10. At-Tibyan fi Aqsamil Qur'an, dicetak di Makkah tahun 1321 H, di Mesir tahun 1352 H, pada percetakan At-Tijariyah.
11. At-Tahrirfi ma Yahillu wa Yahrumu minalHarir.
12. At-Tuhfatul Makkiyyah.
13. Tuhfatul Wadud fi Ahkamil Maulud, dicetak di India tahun 1339 H.
14. Tafsirul Fatihah.
15. Tafsirul Mu'awwadzatain, dicetak bersama Bada'i'ul Fawa'id.
16. Tafdhilu Makkah alal Madinah.
Yl. Tahdzib Mukhtashar Sunan Abi Daud wa Idhahu Musykilatihi, wal kalam 'ala ma Fihi. Kitab ini berupa manuskrip ada di tangan saya dari naskah Madinah, mudah-mudahan Allah menolong untuk pence-takannya.
18. Jala'ul Afham fish Shalati 'ala KhairilAnam, dicetak di India dan Al- Muniriyah
19. Jawabu 'Abidish Shulban wa Anna Mahum 'alaihi Dinusy Syaithan.
20. Al-Jawabul kafi liman Sa'ala 'anid Dawa'isy Syafi, dicetak dua kali.
21. Hadil Arwah ila Biladil Afraah, dicetak dalam catatan kaki Ilamul Muwaqqi'in, dan ada yang dicetak terpisah.
22. Hurmatus Soma'.
23. Hukmu Ighmami Hilali Ramadhan.
24. Hukmu Tarikish Shalah.
25. Ar-Risalah Al-Jaliyyah fith Thariqatil Muhammadiyah, syair.
26. Rafut-Tanzil.
27. Raful Yadain fish Shalah.
28. y4r-/?«/i, dicerak di India tahun 1318 H.
29. Raudhatul Muhibbin wa Nuzhatul Musytaqin, dicetak oleh Ahmad Ubaid Afandi di Damaskus.
30. Zadul Musafirin ila Manazilis Su'ada'fi Hadyi Khatamil Anbiya'.
31. Zadul Ma 'adfi Hadyi Khairil 'Ibad, dicetak di India dan Mesir berkali- kali.
32. As-Sunnah wal Bid'ah.
33. Syarhu Asma'il Kitab Al-Aziz.
34. Syarhul Asma'Al-Husna.
35. Syifa'ul 'Alii, dicetak oleh Almarhum Sayyid Amin Al-Khanji.
36. Ash-Shabru was Sakan.
37. Ash-Shiratul Mustaqim fi Ahkami Ahliljahim.
38. Ash-Shawa'iqul Munazzalah 'alal Jahmiyyah wal Mu'aththilah, ring- kasannya dicetak di Makkah.
39. Ath-Tha'un.
40. Thabibul Qulub, Al-Ma'luf menginformasikan bahwa di Berlin, Jerman terdapat satu naskah daripadanya.
41. Ath-Thuruqul Hukmiyyah fis Siyasatisy Syar'iyyah, dicetak di Mesir, dan di Madinah terdapat satu naskah manuskrip lama yang telah di- koreksi.
42. Thariqul Hijratain, dicetak di Mesir dan dalam perpustakaan Dahiri- yah terdapat naskah tulisan tangan oleh pengarangnya sendiri.
43. 'Iddatush Shabirin wa Dzakhiratusy Syakirin, dicetak di Salafiyah Mesir.
44. 'Aqdu Mukamil Ahibba' bainal Kalimith Thayyib wal Amalish Shalih Al-Marfu'Ila Rabbis Sama'.
45. Al-Fathul Qudsi.
46. Al-Farqu bainal Khullah wal Mahabbah wa Munadharatul Khalil li Qaumihi.
47. Fadhlul Ilmi.
48. Al-Furusiiyatul Muhammadiyyah, ada di perpustakaan Adz-Dzahiri- yah, termasuk dalam kitab Al-Kawakib Ad-Darari.
49. Al-Fawa'id, dicetak di Al-Muniriyah.
50. Al-Fawa'id Al-Masyuq ila 'Ulumil Qur'an wa 'Ilmil Bayan.
51. Al-Kafiyatusy SyafiyatufilFirqatin Najiyah, Qashidah Nuniyah, dicetak di Mesir, diterangkan oleh Al-Allamah Ahmad bin Isa An-Najdi, ada di Syaikh Fauzan As-Sabiq, semoga Allah memperkenankan pence- takannya.
52. Al-Kafiyatush Syafiyahfin Nahwi.
53. Al-Kaba'ir.
54. Al-Kalimut Thayyib walAmalush Shalih.
55. Madarijus Salikin, dicetak di Al-Manar.
56. Al Masa'ilut Tharablusiyah.
57. Ma'anil Adawat wal Huruf.
58. Miftahu Daris Sa'adah, dicetak oleh Almarhum Al-Khanji.
59. Al-Mahdi.
60. Al-Muhadzdzab.
61. Naqdul Manqul wal Mahkul Mumayyaz bainal Mardudi wal Maqbul.
62. Nikahul Muhrim.
63. Nurul Mu'min.
64. Hidayatul Hayara minal Yahudi wan Nashara, dicetak oleh Al-Khanji.
65. Al-Wabilus Shabab minal Kalimith Thayyib, dicetak di India, dan di Mesir di Al-Manar dan Al-Muniriyah.
66. Ar-Risalah At-Tabukiyah, dicetak di Makkah tahun 1349 H.
Selain yang disebutkan di atas, Imam Ibnu Qayyim Rahimahullah masih memiliki karangan-karangan lain yang jumlahnya sangat banyak. Tetapi saat ini sangat sulit ditemukan, sebagiannya terlupakan. Padahal karya-karyanya disenangi oleh semua pihak.
Ibnu Rajab berkata, "Beliau Rahimahullah wafat pada akhir waktu isya', malam Kamis 13 Rajab 752 H. Beliau dishalatkan keesokan harinya, setelah zhuhur di Masjid Jami' Al-Jarrah. Beliau dimakamkan di pema-kaman Al-Babus-Shaghir. Banyak orang yang mengantarkan jenazahnya. Banyak pula orang yang mimpi baik tentang beliau Radhiyallahu Anhu. Dan sebelum meninggal, beliau mimpi bertemu dengan syaikhnya, Syaikh Taqiyuddin Ibnu Taimiyah. Saat itu ia bertanya tentang kedudukannya. Lalu Syaikh Taqiyuddin mengisyaratkan ke atas, di atas para pembesar. Beliau berkata, 'Engkau hampir saja sampai kepada (derajat) kami, tetapi kamu sekarang berada pada tingkatan Ibnu Khuzaimah Rahimahullah'."
Demikian biografi singkat yang ditulis oleh Asy-Syaikh Al-Hafizh Abdurrahman bin Rajab tentang syaikhnya, Al-Allamah Al-Muhaqqiq Ibnu Qayyim, semoga Allah merahmati dan meridhai mereka semua, dan semomereka. Sebagai catatan, kami juga menambahkan beberapa karya Ibnu Qayyim dari apa yang disebutkan oleh Ibnu Rajab, sebatas yang kami ketahui. Kami menyusunnya sesuai dengan susunan Ahmad Afandi Ubaid dalam mukadimah kitab Raudhatul Muhibbin yang dicetak di Damaskus.
Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada makhluk yang paling utama, nabi yang paling mulia dan penutup para rasul, Muhammad dan segenap keluarga, serta sahabatnya. Semoga Allah meridhai setiap orang yang menghidupkan sunnah-sunnah nabi yang mulia tersebut, serta yang mengeluarkan potensinya untuk menunjuki manusia dan membersihkan-nya dari ateisme, penyesatan orang-orang batil, keterlaluannya orang-orang ekstrim dan kebodohannya orang-orang yang bodoh.
Segala puji bagi Allah, pada awal dan akhirnya, lahir dan batin.
Kairo, 18 Jumadal Akhirah 1358 H. Al-Faqir ila 'Afwi Rabbih Muhammad Hamid Al-Faqi
0 Comments