MUKADIMAH PENGARANG
Segala puji bagi Allah yang telah menampakkan sifat-sifat keagungan-Nya kepada para kekasih-Nya, yang menyinari segenap hati mereka de-ngan persaksian sifat-sifat kesempurnaan-Nya, dan yang memperkenalkan kepada mereka melalui kucuran nikmat dan anugerah-Nya. Sehingga mereka mengetahui bahwa Dia adalah Yang Tunggal dan Mahaesa, satu-satunya tempat bergantung, yang tidak ada sekutu bagi-Nya, baik dalam Dzat, sifat maupun perbuatan-Nya. Dialah yang berada sebagaimana sifat yang la sandangkan pada diri-Nya, dan berada di atas sifat-sifat yang di-berikan oleh siapa pun dari makhluk-Nya, baik yang menambah atau yang mengurangi. Tak seorang pun bisa menghitung pujian atas-Nya, bahkan Dia adalah sebagaimana yang la pujikan atas diri-Nya melalui lisan orang-orang yang la muliakan dan la utus. Yang Awal yang tak ada suatu apa pun sebelum-Nya, Yang Akhir yang tak ada suatu apa pun sesudah-Nya, Yang Batin yang tak ada di bawah-Nya suatu apa pun, tak ada makhluk yang tersembunyi daripada-Nya karena berlindung di balik Jubah-Nya, Yang Mahahidup dan Berdiri Sendiri, Yang Mahatunggal dan Esa, satu-satu-Nya tempat bergantung, yang kekal sendiri-Nya, sedang segenap makhluk berakhir pada kebinasaan, Yang Maha Mendengar, yang mampu mendengar gelegak suara-suara dengan beragam bahasa dan kebutuhan yang dipanjatkan. Tak membuat-Nya bising suatu suara oleh suara-suara yang lain. Tidak pula suatu permintaan oleh permintaan-permintaan yang lain. Tidak bosan karena sering dan berkali-kalinya permintaan para hamba. Yang Maha Melihat, sehingga melihat tapak kaki semut hitam di atas batu licin hitam di pekatnya gelap malam, baik di lembah maupun di gunung-Nya. Dan lebih lembut dari itu, pandangan-Nya terhadap berbolak-baliknya hati hamba-Nya, dan kesaksian-Nya atas berbagai keadaannya. Jika ia datang kepada-Nya, niscaya Ia akan menerima. Kedatangan hamba pada-Nya itulah kedatangan-Nya kepada hamba. Jika ia berpaling daripada-Nya, maka Ia tidak menyerahkannya kepada musuh-Nya dan tidak pula meninggalkannya terlunta. Bahkan Dia lebih sayang padanya daripada seorang ibu terhadap anaknya yang paling dikasihinya, pada saat dikan-dungnya, disusui dan disapih. Dan jika sang hamba bertaubat maka Dia lebih gembira dengan taubatnya itu daripada gembiranya orang yang ke-hilangan tunggangannya yang membawa semua makanan dan minuman-nya di sebuah gurun sahara yang ganas, saat menemukannya kembali, sedang dia sudah hampir mati tak menemukan jalan keluar.*) Jika ia tetap bersikeras untuk berpaling dan tidak mau lagi mencari sebab-sebab turunnya rahmat, bahkan malah terus-menerus melakukan maksiat dalam segala peri kehidupannya, berdamai dengan musuh Allah dan memutus-kan hubungan dengan Nabi-Nya maka dia memang benar-benar pantas binasa. Dan tidak seorang pun yang binasa karena Allah kecuali orang yang celaka dan hancur, sebab Allah begitu agung rahmat-Nya, amat luas karunia-Nya.
Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Tuhan Yang Mahaesa, Tunggal, satu-satunya tempat bergantung, Mahamulia dari segenap keserupaan (dengan makhluk-Nya), Mahasuci dari segala lawan, sekutu dan bentuk. Tidak ada yang menolak apa yang Dia berikan dan tidak ada yang memberi apa yang Ia tolak, tidak ada yang dapat menolak ketetapan dan perintah-Nya
"Dan bila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (Ar-Ra'd: 11).
Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, yang menunaikan hak-hak-Nya, orang kepercayaan-Nya dalam wahyu,
*) Dari Al-Harts bin Suwaid, dari Abdillah bin Mas'ud Radhiyallahu Anhu ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, 'Sungguh Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya yang beriman daripada laki-laki yang singgah di sebuah wilayah padang pasir yang ganas, bersama tunggangannya yang membawa makanan dan minumannya, lalu ia meletakkan kepalanya dan tidur sejenak, tiba-tiba saat ia bangun tunggangannya telah tiada. Lalu ia mencarinya, hingga jika terik panas telah menyengat dan dahaga memuncak atau (terjadi) apa yang dikehendaki Allah (yang lain) lalu ia berkata, Aku akan datang ke tempatku semula dan aku akan tidur hingga mati.' Kemudian ia meletakkan kepalanya di atas tangannya agar mati, lalu ia terbangun. Tiba-tiba tunggangannya berada disisinya, bersama bekaldan minumannya. Sungguh, Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya daripada orang ini dengan tunggangannya'." (Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim).
orang pilihan di antara hamba-hamba-Nya. Dia mengutusnya sebagai rahmat bagi segenap alam, imam bagi orang-orang bertakwa, sesalan bagi orang-orang kafir dan hujjah atas segenap hamba-Nya. Allah mengutusnya beberapa waktu setelah para rasul, sehingga menunjuki ke jalan yang lurus dan jelas, lalu mewajibkan segenap hamba agar mentaati dan men-cintainya, mengagungkan dan menghormatinya serta memberikan hak-haknya. Allah menutup segenap jalan ke surga-Nya dan tak membuka jalan bagi siapa pun kecuali melalui jalannya. Maka Dia melapangkan dadanya, melepaskan dosa-dosanya dan meninggikan dzikir baginya. Allah menjadikan kehinaan dan kekerdilan bagi siapa saja yang menyalahi pe-rintahnya. Di dalam Kitab-Nya Dia bersumpah dengan kehidupannya,^ dan Dia menyandingkan asma-Nya dengan namanya. Asma-Nya tidak disebut kecuali disebut pula namanya. Seperti dalam tasyahud, khuthbah dan adzan. Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam senantiasa menjalankan perintah Allah dan tak seorang pun yang dapat mencegahnya, selalu bega-dang untuk mencari ridha Allah dan tak seorang pun yang dapat mengha-langinya, sampai dunia bersinar penuh cahaya dan suka cita dengan risa-lahnya, dan manusia berbondong-bondong masuk ke dalam agama Allah. Lalu dakwahnya terus berjalan sebagaimana perjalanan matahari di berba-gai negeri, dan agamanya yang lurus akan sampai kepada manusia seba-gaimana sampainya malam dan siang kepada mereka. Selanjutnya Allah mengutamakannya sehingga merealisasikan janji-Nya sebagaimana yang
*) Sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Hijr dalam kisah Luth bersama kaumnya, saat ia kedatangan beberapa utusan Allah yang terdiri dari para malaikat. "Dan datanglah penduduk kota itu (ke rumah Luth) dengan gembira (karena) kedatangan tamu-tamu itu. Luth berkata, 'Sesungguhnya mereka adalah tamuku maka janganlah kamu memalukan-(ku), dan bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu membuat aku terhina .'Mereka berkata, 'Dan bukankah kami telah melarangmu dari (melindungi) manusia?' Luth berkata, 'Inilah puteri-puteri (negeri)-ku (kawinlah dengan mereka), jika kamu hendak berbuat (secara halal).' Allah befirman, 'Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing dalam kemabukan (kesesatan). Maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur, ketika matahari akan terbit'." (Al-Hijr: 67-73).
Secara zhahirnya, dhamir "ka" pada kalimat "la'amruka" adalah kembali kepada Luth, sebab kisah tersebut tentang dirinya. Demikian seperti disebutkan oleh Az-Zamakhsyari dan Abu Hayyan. Pendapat lain mengatakan, "Firman itu ditujukan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dan "lam" pada kalimat tersebut adalah "HI ibtida'". Dalam Al-Qur'an, dengan secara jelas Allah banyak bersumpah dengan matahari, bulan, malam, siang, buah tin dan zaitun, negeri yang aman dan sebagainya. Hal tersebut sebagai bentuk pemberitahuan tentang ayat-ayat Allah sekaligus menunjukkan berbagai nikmat yang Ia anugerahkan atas segenap hamba-Nya. Karena itu, salah besar jika ayat-ayat tersebut dijadikan dalil atas dibolehkannya bersumpah dengan makhluk, dari apa yang Allah bersumpah dengannya. Pendapat ini tidak dilontarkan oleh seorang pun kecuali oleh orang-orang awam dan kaum muta'akhirin dari umat ini.
termaktub dalam Kitab-Nya, setelah ia menyampaikan risalah, mengem-ban amanat, menasihati umat, berjihad di jalan Allah dengan sebenar-benar jihad dan menegakkan agama sehingga ia meninggalkan umatnya dalam keadaan terang-benderang bagi orang-orang yang menempuh jalan tersebut. Beliau bersabda bahwa Allah befirman,
"Inilah jalan (agama)-ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata. Mahasuci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik." (Yusuf: 108).
Amma ba'du.
Sesungguhnya Allah tidak menciptakan manusia dengan sia-sia dan diacuhkan, tetapi Ia membebani kewajiban kepada mereka, memberikan perintah dan larangan. Lalu Dia mewajibkan mereka memahami petunjuk-Nya, baik secara terinci maupun global. Dia membagi mereka kepada orang-orang yang celaka dan orang-orang yang bahagia. Menempatkan untuk masing-masing kelompok suatu manzilah (kedudukan/tempat). Memberikan kepada mereka bahan untuk ilmu dan amal; hati, pendengar-an, penglihatan dan anggota tubuh lain, sebagai bentuk nikmat dan anu-gerah dari-Nya. Maka siapa yang menggunakannya untuk ketaatan pada-Nya, dan dengannya ia melalui jalan sehingga memahami petunjuk-Nya serta tidak mendurhakai-Nya maka dia berarti bersyukur atas berbagai pemberian di atas, dan dia telah berjalan menuju keridhaan Allah. Sebalik-nya, siapa yang menggunakannya sesuai dengan kehendak dan hawa nafsunya, tidak memelihara hak Pencipta-Nya di dalamnya, niscaya dia merugi saat ditanya tentangnya, ia akan bersedih selamanya. Sebab, hak-hak anggota tubuh ini pasti akan dihisab.
Allah befirman,
"Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya." (Al-Israa': 36).
Karena hati bagi segenap anggota tubuh laksana raja yang mengatur bala tentaranya, yang semua perbuatan berasal dari perintahnya, lalu ia gunakan sekehendaknya, sehingga semua berada di bawah kekuasaan dan perintahnya, dan daripadanya sebab istiqamah dan kesesatan, serta daripadanya pula niat termotivasi atau pudar. Maka, karena itu semualah sehingga Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
"Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging, jika ia baik maka baiklah seluruh tubuh.m)
*) Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim dari An-Nu'man bin Basyir Radhiyallahu Anhu dalam hadits, 'Yang halal itu telah jelas dan yang haram juga telah jelas dan antara keduanya adalah perkara-perkara syubhat."
Jadi, hati itulah rajanya. Dialah pelaksana dari apa yang diperintahkan, yang menerima hidayah-Nya, dan tidaklah suatu amalan menjadi lurus dan benar kecuali bersumber dari tujuan dan maksudnya. Hati inilah yang paling bertanggung jawab terhadap semuanya ini, sebab setiap pemimpin akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya. Oleh sebab itu, perhatian untuk meluruskan dan membenarkan hati merupakan sesuatu yang dipri-oritaskan oleh para salik (pencari kebenaran) dan mendeteksi serta meng-obati berbagai penyakitnya merupakan prioritas menurut para nasik (ahli ibadah).
Ketika musuh Allah, iblis mengetahui bahwa poros dan sandarannya adalah hati maka ia membisik-bisikinya, menawannya dengan berbagai bentuk syahwat, menggodanya dalam berbagai keadaan dan amalan yang menghalanginya dari jalan yang benar, menghamparkan sebab-sebab ke-sesatan yang memutuskannya dari sebab-sebab taufiq dan memasang untuknya jaring-jaring dan tali-tali yang jika ia selamat dari terjerumus ke dalamnya ia tidak akan selamat dari menemui berbagai rintangan. Dan tidak ada keselamatan dari perangkap jaring-jaringnya dan berbagai tipu dayanya kecuali dengan senantiasa memohon pertolongan kepada Allah, mencari sebab-sebab keridhaan-Nya, menyandarkan dan menghampiri-Nya dalam setiap gerak diamnya had dan menegaskan hinanya keham-baan diri di hadapan-Nya, hal yang ia merupakan sesuatu yang paling utama untuk disandang manusia sehingga ia masuk dalam jaminan ayat,
"Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terha-dap mereka." (Al-Hijr: 42).
Inilah yang akan memutuskan antara hamba dengan syetan. Dan bila itu terjadi maka merupakan sebab bagi terealisirnya maqam ubudiyah (kehambaan) kepada Tuhan semesta alam serta merupakan manifestasi kebaikan hati, keikhlasan amal dan keyakinan yang terus-menerus. Jika hakikat ubudiyah dan keikhlasan telah merasuk ke dalam had maka orang itu di sisi Allah termasuk orang-orang yang dekat dengan-Nya, dan dengan demikian ia akan termasuk pada pengecualian ayat,
"Kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka." (Shaad:
83).
Dan atas karunia Allah Yang Maha Pemberi, saya mengetahui bebe-rapa penyakit hati dan obatnya serta berbagai bisikan syetan padanya yang merupakan musuhnya, juga berbagai tindakan yang bakal terjadi karena bisikan tersebut, dan berbagai keadaan hati tersebut yang merupa-kan ekses daripadanya, karena sesungguhnya perbuatan buruk itu berasal dari tujuan hati yang buruk, lalu karena perbuatan buruk itu hati menjadi keras, dan penyakit itu bertambah di atas penyakitnya hingga ia mening-gal. Tinggallah ia tanpa kehidupan dan cahaya. Dan semua itu terjadi karena pengaruh bisikan syetan serta oleh keberpihakannya kepada musuh yang tidak akan beruntung kecuali orang-orang yang secara tegas-tegas menentangnya. Berbagai hal di atas, ingin saya tulis dalam kitab ini sebagai peringatan dengan mengakui bahwa yang saya lakukan ini tak lain adalah karena karunia dan kebaikan Allah, dan semoga orang yang membacanya dapat mengambil manfaat daripadanya seraya mendoakan kepada penga-rangnya agar mendapat ampunan, rahmat dan ridha Allah. Kitab ini saya beri judul Ighatsatul Lahfan min Mashasyidisy Syaithan (Melumpuhkan Senjata Syetan).
Kitab ini saya bagi menjadi tiga belas bab:
Bab Pertama : Pembagian Hati Menjadi Hati Yang Baik, Sakit dan Mati.
Bab Kedua : Hakikat Hati Yang Mati.
Bab Ketiga : Pembagian Obat Penyakit Hati Menjadi Obat Alami dan Obat Syar'i.
Bab Keempat : Hidup dan Bercahayanya Hati Adalah Bahan Segala Kebaikan, sedang Mati dan Gelapnya Hati Adalah Bahan Segala Kejahatan dan Fitnah.
Bab Kelima : Hidup dan Sehatnya Had Tidak Didapatkan Kecuali
dengan Mengetahui Kebenaran, Mengharapkannya dan Lebih Terpengaruh dengannya daripada Yang Lain.
Bab Keenam : Tidak Ada Kebahagiaan, Kenikmatan dan Kebaikan Hati Kecuali dengan Menjadikan Allah, Tuhan Satu-satunya sebagai Sembahan, Puncak Pencarian serta Yang Paling Dicintai daripada Yang Lain.
Bab Ketujuh : Al-Qur’anul Karim Mengandung Berbagai Obat Hati dan Pengobatannya dari Segala Macam Penyakit.
Bab Kedelapan : Zakatnya Hati
Bab Kesembilan : Kesucian Hati dari Berbagai Kotoran dan Najis
Bab Kesepuluh : Tanda-tanda Hati Yang Sakit dan Yang Sehat
Bab Kesebelas : Pengobatan Hati Yang Sakit Karena Penguasaan Nafsu
Bab Kedua Belas : Pengobatan Hati Yang Sakit Karena Syetan
Bab Ketiga Belas : Berbagai Jenis Tipuan Syetan Terhadap Anak Adam
Dan bab terakhir inilah yang karenanya kitab ini ditulis. Di dalamnya terdapat beberapa pasal yang banyak manfaatnya dan baik maksudnya. Semoga Allah menjadikannya ikhlas karena-Nya semata, sebagai pengaman dari ulangan yang merugikan, bermanfaat untuk pengarang, penulis dan pembacanya, di dunia maupun di akhirat. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, tidak ada daya dan kekuatan kecuali karena Allah Yang Mahatinggi lagi Mahaagung.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah
Segala puji bagi Allah yang telah menampakkan sifat-sifat keagungan-Nya kepada para kekasih-Nya, yang menyinari segenap hati mereka de-ngan persaksian sifat-sifat kesempurnaan-Nya, dan yang memperkenalkan kepada mereka melalui kucuran nikmat dan anugerah-Nya. Sehingga mereka mengetahui bahwa Dia adalah Yang Tunggal dan Mahaesa, satu-satunya tempat bergantung, yang tidak ada sekutu bagi-Nya, baik dalam Dzat, sifat maupun perbuatan-Nya. Dialah yang berada sebagaimana sifat yang la sandangkan pada diri-Nya, dan berada di atas sifat-sifat yang di-berikan oleh siapa pun dari makhluk-Nya, baik yang menambah atau yang mengurangi. Tak seorang pun bisa menghitung pujian atas-Nya, bahkan Dia adalah sebagaimana yang la pujikan atas diri-Nya melalui lisan orang-orang yang la muliakan dan la utus. Yang Awal yang tak ada suatu apa pun sebelum-Nya, Yang Akhir yang tak ada suatu apa pun sesudah-Nya, Yang Batin yang tak ada di bawah-Nya suatu apa pun, tak ada makhluk yang tersembunyi daripada-Nya karena berlindung di balik Jubah-Nya, Yang Mahahidup dan Berdiri Sendiri, Yang Mahatunggal dan Esa, satu-satu-Nya tempat bergantung, yang kekal sendiri-Nya, sedang segenap makhluk berakhir pada kebinasaan, Yang Maha Mendengar, yang mampu mendengar gelegak suara-suara dengan beragam bahasa dan kebutuhan yang dipanjatkan. Tak membuat-Nya bising suatu suara oleh suara-suara yang lain. Tidak pula suatu permintaan oleh permintaan-permintaan yang lain. Tidak bosan karena sering dan berkali-kalinya permintaan para hamba. Yang Maha Melihat, sehingga melihat tapak kaki semut hitam di atas batu licin hitam di pekatnya gelap malam, baik di lembah maupun di gunung-Nya. Dan lebih lembut dari itu, pandangan-Nya terhadap berbolak-baliknya hati hamba-Nya, dan kesaksian-Nya atas berbagai keadaannya. Jika ia datang kepada-Nya, niscaya Ia akan menerima. Kedatangan hamba pada-Nya itulah kedatangan-Nya kepada hamba. Jika ia berpaling daripada-Nya, maka Ia tidak menyerahkannya kepada musuh-Nya dan tidak pula meninggalkannya terlunta. Bahkan Dia lebih sayang padanya daripada seorang ibu terhadap anaknya yang paling dikasihinya, pada saat dikan-dungnya, disusui dan disapih. Dan jika sang hamba bertaubat maka Dia lebih gembira dengan taubatnya itu daripada gembiranya orang yang ke-hilangan tunggangannya yang membawa semua makanan dan minuman-nya di sebuah gurun sahara yang ganas, saat menemukannya kembali, sedang dia sudah hampir mati tak menemukan jalan keluar.*) Jika ia tetap bersikeras untuk berpaling dan tidak mau lagi mencari sebab-sebab turunnya rahmat, bahkan malah terus-menerus melakukan maksiat dalam segala peri kehidupannya, berdamai dengan musuh Allah dan memutus-kan hubungan dengan Nabi-Nya maka dia memang benar-benar pantas binasa. Dan tidak seorang pun yang binasa karena Allah kecuali orang yang celaka dan hancur, sebab Allah begitu agung rahmat-Nya, amat luas karunia-Nya.
Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Tuhan Yang Mahaesa, Tunggal, satu-satunya tempat bergantung, Mahamulia dari segenap keserupaan (dengan makhluk-Nya), Mahasuci dari segala lawan, sekutu dan bentuk. Tidak ada yang menolak apa yang Dia berikan dan tidak ada yang memberi apa yang Ia tolak, tidak ada yang dapat menolak ketetapan dan perintah-Nya
"Dan bila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (Ar-Ra'd: 11).
Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, yang menunaikan hak-hak-Nya, orang kepercayaan-Nya dalam wahyu,
*) Dari Al-Harts bin Suwaid, dari Abdillah bin Mas'ud Radhiyallahu Anhu ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, 'Sungguh Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya yang beriman daripada laki-laki yang singgah di sebuah wilayah padang pasir yang ganas, bersama tunggangannya yang membawa makanan dan minumannya, lalu ia meletakkan kepalanya dan tidur sejenak, tiba-tiba saat ia bangun tunggangannya telah tiada. Lalu ia mencarinya, hingga jika terik panas telah menyengat dan dahaga memuncak atau (terjadi) apa yang dikehendaki Allah (yang lain) lalu ia berkata, Aku akan datang ke tempatku semula dan aku akan tidur hingga mati.' Kemudian ia meletakkan kepalanya di atas tangannya agar mati, lalu ia terbangun. Tiba-tiba tunggangannya berada disisinya, bersama bekaldan minumannya. Sungguh, Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya daripada orang ini dengan tunggangannya'." (Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim).
orang pilihan di antara hamba-hamba-Nya. Dia mengutusnya sebagai rahmat bagi segenap alam, imam bagi orang-orang bertakwa, sesalan bagi orang-orang kafir dan hujjah atas segenap hamba-Nya. Allah mengutusnya beberapa waktu setelah para rasul, sehingga menunjuki ke jalan yang lurus dan jelas, lalu mewajibkan segenap hamba agar mentaati dan men-cintainya, mengagungkan dan menghormatinya serta memberikan hak-haknya. Allah menutup segenap jalan ke surga-Nya dan tak membuka jalan bagi siapa pun kecuali melalui jalannya. Maka Dia melapangkan dadanya, melepaskan dosa-dosanya dan meninggikan dzikir baginya. Allah menjadikan kehinaan dan kekerdilan bagi siapa saja yang menyalahi pe-rintahnya. Di dalam Kitab-Nya Dia bersumpah dengan kehidupannya,^ dan Dia menyandingkan asma-Nya dengan namanya. Asma-Nya tidak disebut kecuali disebut pula namanya. Seperti dalam tasyahud, khuthbah dan adzan. Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam senantiasa menjalankan perintah Allah dan tak seorang pun yang dapat mencegahnya, selalu bega-dang untuk mencari ridha Allah dan tak seorang pun yang dapat mengha-langinya, sampai dunia bersinar penuh cahaya dan suka cita dengan risa-lahnya, dan manusia berbondong-bondong masuk ke dalam agama Allah. Lalu dakwahnya terus berjalan sebagaimana perjalanan matahari di berba-gai negeri, dan agamanya yang lurus akan sampai kepada manusia seba-gaimana sampainya malam dan siang kepada mereka. Selanjutnya Allah mengutamakannya sehingga merealisasikan janji-Nya sebagaimana yang
*) Sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Hijr dalam kisah Luth bersama kaumnya, saat ia kedatangan beberapa utusan Allah yang terdiri dari para malaikat. "Dan datanglah penduduk kota itu (ke rumah Luth) dengan gembira (karena) kedatangan tamu-tamu itu. Luth berkata, 'Sesungguhnya mereka adalah tamuku maka janganlah kamu memalukan-(ku), dan bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu membuat aku terhina .'Mereka berkata, 'Dan bukankah kami telah melarangmu dari (melindungi) manusia?' Luth berkata, 'Inilah puteri-puteri (negeri)-ku (kawinlah dengan mereka), jika kamu hendak berbuat (secara halal).' Allah befirman, 'Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing dalam kemabukan (kesesatan). Maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur, ketika matahari akan terbit'." (Al-Hijr: 67-73).
Secara zhahirnya, dhamir "ka" pada kalimat "la'amruka" adalah kembali kepada Luth, sebab kisah tersebut tentang dirinya. Demikian seperti disebutkan oleh Az-Zamakhsyari dan Abu Hayyan. Pendapat lain mengatakan, "Firman itu ditujukan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dan "lam" pada kalimat tersebut adalah "HI ibtida'". Dalam Al-Qur'an, dengan secara jelas Allah banyak bersumpah dengan matahari, bulan, malam, siang, buah tin dan zaitun, negeri yang aman dan sebagainya. Hal tersebut sebagai bentuk pemberitahuan tentang ayat-ayat Allah sekaligus menunjukkan berbagai nikmat yang Ia anugerahkan atas segenap hamba-Nya. Karena itu, salah besar jika ayat-ayat tersebut dijadikan dalil atas dibolehkannya bersumpah dengan makhluk, dari apa yang Allah bersumpah dengannya. Pendapat ini tidak dilontarkan oleh seorang pun kecuali oleh orang-orang awam dan kaum muta'akhirin dari umat ini.
termaktub dalam Kitab-Nya, setelah ia menyampaikan risalah, mengem-ban amanat, menasihati umat, berjihad di jalan Allah dengan sebenar-benar jihad dan menegakkan agama sehingga ia meninggalkan umatnya dalam keadaan terang-benderang bagi orang-orang yang menempuh jalan tersebut. Beliau bersabda bahwa Allah befirman,
"Inilah jalan (agama)-ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata. Mahasuci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik." (Yusuf: 108).
Amma ba'du.
Sesungguhnya Allah tidak menciptakan manusia dengan sia-sia dan diacuhkan, tetapi Ia membebani kewajiban kepada mereka, memberikan perintah dan larangan. Lalu Dia mewajibkan mereka memahami petunjuk-Nya, baik secara terinci maupun global. Dia membagi mereka kepada orang-orang yang celaka dan orang-orang yang bahagia. Menempatkan untuk masing-masing kelompok suatu manzilah (kedudukan/tempat). Memberikan kepada mereka bahan untuk ilmu dan amal; hati, pendengar-an, penglihatan dan anggota tubuh lain, sebagai bentuk nikmat dan anu-gerah dari-Nya. Maka siapa yang menggunakannya untuk ketaatan pada-Nya, dan dengannya ia melalui jalan sehingga memahami petunjuk-Nya serta tidak mendurhakai-Nya maka dia berarti bersyukur atas berbagai pemberian di atas, dan dia telah berjalan menuju keridhaan Allah. Sebalik-nya, siapa yang menggunakannya sesuai dengan kehendak dan hawa nafsunya, tidak memelihara hak Pencipta-Nya di dalamnya, niscaya dia merugi saat ditanya tentangnya, ia akan bersedih selamanya. Sebab, hak-hak anggota tubuh ini pasti akan dihisab.
Allah befirman,
"Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya." (Al-Israa': 36).
Karena hati bagi segenap anggota tubuh laksana raja yang mengatur bala tentaranya, yang semua perbuatan berasal dari perintahnya, lalu ia gunakan sekehendaknya, sehingga semua berada di bawah kekuasaan dan perintahnya, dan daripadanya sebab istiqamah dan kesesatan, serta daripadanya pula niat termotivasi atau pudar. Maka, karena itu semualah sehingga Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
"Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging, jika ia baik maka baiklah seluruh tubuh.m)
*) Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim dari An-Nu'man bin Basyir Radhiyallahu Anhu dalam hadits, 'Yang halal itu telah jelas dan yang haram juga telah jelas dan antara keduanya adalah perkara-perkara syubhat."
Jadi, hati itulah rajanya. Dialah pelaksana dari apa yang diperintahkan, yang menerima hidayah-Nya, dan tidaklah suatu amalan menjadi lurus dan benar kecuali bersumber dari tujuan dan maksudnya. Hati inilah yang paling bertanggung jawab terhadap semuanya ini, sebab setiap pemimpin akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya. Oleh sebab itu, perhatian untuk meluruskan dan membenarkan hati merupakan sesuatu yang dipri-oritaskan oleh para salik (pencari kebenaran) dan mendeteksi serta meng-obati berbagai penyakitnya merupakan prioritas menurut para nasik (ahli ibadah).
Ketika musuh Allah, iblis mengetahui bahwa poros dan sandarannya adalah hati maka ia membisik-bisikinya, menawannya dengan berbagai bentuk syahwat, menggodanya dalam berbagai keadaan dan amalan yang menghalanginya dari jalan yang benar, menghamparkan sebab-sebab ke-sesatan yang memutuskannya dari sebab-sebab taufiq dan memasang untuknya jaring-jaring dan tali-tali yang jika ia selamat dari terjerumus ke dalamnya ia tidak akan selamat dari menemui berbagai rintangan. Dan tidak ada keselamatan dari perangkap jaring-jaringnya dan berbagai tipu dayanya kecuali dengan senantiasa memohon pertolongan kepada Allah, mencari sebab-sebab keridhaan-Nya, menyandarkan dan menghampiri-Nya dalam setiap gerak diamnya had dan menegaskan hinanya keham-baan diri di hadapan-Nya, hal yang ia merupakan sesuatu yang paling utama untuk disandang manusia sehingga ia masuk dalam jaminan ayat,
"Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terha-dap mereka." (Al-Hijr: 42).
Inilah yang akan memutuskan antara hamba dengan syetan. Dan bila itu terjadi maka merupakan sebab bagi terealisirnya maqam ubudiyah (kehambaan) kepada Tuhan semesta alam serta merupakan manifestasi kebaikan hati, keikhlasan amal dan keyakinan yang terus-menerus. Jika hakikat ubudiyah dan keikhlasan telah merasuk ke dalam had maka orang itu di sisi Allah termasuk orang-orang yang dekat dengan-Nya, dan dengan demikian ia akan termasuk pada pengecualian ayat,
"Kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka." (Shaad:
83).
Dan atas karunia Allah Yang Maha Pemberi, saya mengetahui bebe-rapa penyakit hati dan obatnya serta berbagai bisikan syetan padanya yang merupakan musuhnya, juga berbagai tindakan yang bakal terjadi karena bisikan tersebut, dan berbagai keadaan hati tersebut yang merupa-kan ekses daripadanya, karena sesungguhnya perbuatan buruk itu berasal dari tujuan hati yang buruk, lalu karena perbuatan buruk itu hati menjadi keras, dan penyakit itu bertambah di atas penyakitnya hingga ia mening-gal. Tinggallah ia tanpa kehidupan dan cahaya. Dan semua itu terjadi karena pengaruh bisikan syetan serta oleh keberpihakannya kepada musuh yang tidak akan beruntung kecuali orang-orang yang secara tegas-tegas menentangnya. Berbagai hal di atas, ingin saya tulis dalam kitab ini sebagai peringatan dengan mengakui bahwa yang saya lakukan ini tak lain adalah karena karunia dan kebaikan Allah, dan semoga orang yang membacanya dapat mengambil manfaat daripadanya seraya mendoakan kepada penga-rangnya agar mendapat ampunan, rahmat dan ridha Allah. Kitab ini saya beri judul Ighatsatul Lahfan min Mashasyidisy Syaithan (Melumpuhkan Senjata Syetan).
Kitab ini saya bagi menjadi tiga belas bab:
Bab Pertama : Pembagian Hati Menjadi Hati Yang Baik, Sakit dan Mati.
Bab Kedua : Hakikat Hati Yang Mati.
Bab Ketiga : Pembagian Obat Penyakit Hati Menjadi Obat Alami dan Obat Syar'i.
Bab Keempat : Hidup dan Bercahayanya Hati Adalah Bahan Segala Kebaikan, sedang Mati dan Gelapnya Hati Adalah Bahan Segala Kejahatan dan Fitnah.
Bab Kelima : Hidup dan Sehatnya Had Tidak Didapatkan Kecuali
dengan Mengetahui Kebenaran, Mengharapkannya dan Lebih Terpengaruh dengannya daripada Yang Lain.
Bab Keenam : Tidak Ada Kebahagiaan, Kenikmatan dan Kebaikan Hati Kecuali dengan Menjadikan Allah, Tuhan Satu-satunya sebagai Sembahan, Puncak Pencarian serta Yang Paling Dicintai daripada Yang Lain.
Bab Ketujuh : Al-Qur’anul Karim Mengandung Berbagai Obat Hati dan Pengobatannya dari Segala Macam Penyakit.
Bab Kedelapan : Zakatnya Hati
Bab Kesembilan : Kesucian Hati dari Berbagai Kotoran dan Najis
Bab Kesepuluh : Tanda-tanda Hati Yang Sakit dan Yang Sehat
Bab Kesebelas : Pengobatan Hati Yang Sakit Karena Penguasaan Nafsu
Bab Kedua Belas : Pengobatan Hati Yang Sakit Karena Syetan
Bab Ketiga Belas : Berbagai Jenis Tipuan Syetan Terhadap Anak Adam
Dan bab terakhir inilah yang karenanya kitab ini ditulis. Di dalamnya terdapat beberapa pasal yang banyak manfaatnya dan baik maksudnya. Semoga Allah menjadikannya ikhlas karena-Nya semata, sebagai pengaman dari ulangan yang merugikan, bermanfaat untuk pengarang, penulis dan pembacanya, di dunia maupun di akhirat. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, tidak ada daya dan kekuatan kecuali karena Allah Yang Mahatinggi lagi Mahaagung.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah
0 Comments